Aug 21,2024 • Abdul Kholik

Kiat menggali misteri bakat

cover thumbnail

MATERI SOTIS #12

SEKOLAH ORANGTUA IMAM SYAFI’I

Oleh: Abdul Kholiq

Banyak orang yang bingung dengan dirinya,

Banyak orang yang bingung dengan jurusan studinya,

Banyak orang yang bingung dengan jurusan studi anaknya,

Banyak orang yang bingung dengan ketidaknyamanan kinerjanya,

Sebenarnya mereka semua bingung dengan misi hidupnya.

Disamping misi hidup untuk beribadah kepada Allah ta’ala, setiap manusia mendapatkan amanah untuk mengemban misi sebagai pemakmur bumi (1).

Misi hidup sebagai pemakmur bumi inilah yang unik, setiap orang berbeda-beda tabiat dan perannya  (syakilah) (2).

Peran sebagai pemakmur bumi terkait dengan kinerja.

Kesempurnaan kinerja terkait dengan kebermanfaatannya.

Kebermanfaatan kinerja seseorang terkait dengan bakat uniknya.   

Namun menemukan bakat tidak semudah membalik telapak tangan, karena pada asalnya bakat adalah terpendam pada jiwa masing-masing manusia.

Bakat akan tergali dengan melakukan banyak ragam aktifitas, sehingga setiap orang akan dapat merasakan aktifitas manakah yang merupakan bakatnya dan yang bukan bakatnya

Sebuah aktifitas atau kinerja dapat dikatakan sebagai bakat seseorang jika aktifitas atau kinerja tersebut memenuhi 3(tiga) rukun yang disingkat 3A, yaitu (3): 

1⃣ sukA (Al hirshu الحرص)

2⃣ bisA (Al itqaanu الاتقان)

3⃣ bergunA (Al mufiidu المفيد)

Jika ketiga rukun tersebut ada pada aktifitas yang dilakukan, maka aktifitastersebut adalah BAKAT.

Jika salah satu dari rukun bakat tersebut tidak ada pada sebuah aktifitas, maka aktifitas tersebut BUKAN BAKAT, bisa jadi aktifitas tersebut berupa profesi, hobi, atau mimpi.

Beda antara

BAKAT, PROFESI, HOBI, MIMPI

Terdapat perbedaan yang jelas jika seseorang dalam melakukan kinerja, apakah kinerja tersebut dinamakan bakat, keahlian, hobi, atau mimpi. Hal ini dapat dilihat dari adanya rukun bakat yang terkandung pada kinerja tersebut.

 BAKAT (المَوْهِبَةُ)  

Sebuah kinerja disebut bakat jika didalamnya terkandung ketiga-tiganya dari 3 (tiga) rukun bakat, yaitu pelakunya suka, bisa, dan hasilnya berguna.

Seseorang yang berbakat pada suatu kinerja tersebut, akan merasa senang, bergairah, bersemangat,  dan profesional dalam melakukannya, sehingga mudah melakukan dan hasilnya berkualitas, serta kinerja tersebut menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, negara, atau agama, menurut ukuran syariat.

BAKAT  =  SUKA + BISA + BERGUNA

PROFESI (المِهْنَةُ)

Seseorang yang berprofesi dalam suatu bidang kinerja belum tentu disebut berbakat di dalamnya, walaupun dia bisa mengerjakannya dengan mudah, dan hasilnya bermanfaat. Jika dia tidak menyukai bidang kinerja tersebut, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut hanya memiliki profesi atau keahlian saja,  tetapi bukan bakat yang dimilikinya pada bidang tersebut.

PROFESI  =  BISA + BERGUNA – SUKA

HOBI (الهِوَايَةُ)

Hobi adalah aktifitas yang dilakukan seseorang karena kesukaaan dan kemahiran di dalamnya. Tetapi aktifitas tersebut  tidak mengahasilkan sesuatu yang bermanfaat. 

HOBI  =  SUKA + BISA – BERGUNA

MIMPI (التَّمَنِّي)

Mimpiadalah kesukaan untuk meraih sesuatu yang bermanfaat, meskipun dalam melakukan aktifitas tersebut tidak mahir, bahkan tidak mampu berbuat apapun. Maka hal ini tidak akan merubah makna dari mimpi tersebut, karena mimpi hanyalah angan-angan untuk meraih sesuatu walau tanpa aktifitas kinerja.

MIMPI = SUKA + BERGUNA – BISA

# Pendidikan Karakter Nabawiyah

Catatan kaki:

(1) Allah ta’ala berfirman:

هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya”. (QS. Hud : 61)

(2) Allah ta’ala berfirman:

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلاً

“Katakan (Muhammad) bahwa setiap orang akan berbuat sesuai (bakat) pembawaannya, maka Robbmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS. Alhamdulillah Isra’ : 84)

(3) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Berkemauan keraslah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu,  dan minta tolonglah kepada Allah,  dan janganlah engkau lemah”. (HR. Muslim no. 2664)

Nabi memerintahkan kepada umatnya untuk  berkemauan keras dalam melakukan aktifitas-akifitas  yang bermanfaat baginya, dan memiliki kemampuan dalam melakukannya sehingga tidak lemah, dan minta tolonglah hanya kepada Allah

Dalam hal ini termasuk bersemangat dalam melakukan kinerja yang memberikan kebermanfaatan.

1.  SUKA (الحرص)

Makna Al hirsu secara bahasa adalah:

الحِرْصُ : شدّةُ الإِرادة والشَّرَه إِلى المطلوب(المعجم: لسان العرب)

“Al hirshu: kemauan keras dan rakus kepada yang diinginkan”. (kamus: lisanul ‘arab)

Seseorang dikatakan berbakat pada kinerja yang dilakukannya, diantaranya jika dia merasakan al hirshu, yaitu merasa bergairah, bersemangat,senang, waktu terasa mengalir lebih cepat, dan setelah selesai melakukannya ada kerinduan untuk mengulanginya kembali.

2. BISA (الاتقان)

Makna al itqanu  adalah

إتقان العمل: أداؤه على أكمل وجه ‏(المعجم: مصطلحات فقهية)

”Melakukannya dengan totalitas”. (kamus: mushthalahatu fiqhiyyah)

Dari makna tersebut, al itqanu dapat diartikan dengan istilah profesionalisme.

Seseorang dapat disebut berbakat pada aktifitas atau kinerja tertentu, diantaranya jika dia profesional pada aktifitas atau kinerja tersebut. Dia akan melalukannya dengan mudah dan hasilnya akan menjadi sempurna (bagus).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اِذَا عَمِلَ اَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang jika bekerja, dia bekerja dengan profesional” (Shahih Al Jami’ Ash Shaghir: 1880)

3. BERGUNA (المفيد)

Al mufidu dalam kamus disebutkan,

مفيد:ذو فائدة (المعجم: اللغة العربية المعاصر)

“Memiliki  kegunaan” (kamus: al lughatul ‘arabiyyatul mu’ashir)

Sebuah aktifitas atau kinerja tertentu disebut bakat jika memiliki kegunaan atau bermanfaat. Tentu saja kebermanfaatannya diukur berdasar tuntunan syariat agama Islam. Kebermanfaatan ini dapat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara, dan agama baik bersifat sosial, komersial, fisik, maupun non fisik. Jika aktifitas tersebut tidak memiliki kebermanfaatan secara syar’i, maka aktifitas tersebut bukanlah disebut bakat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”. (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976)

Hal yang tidak bermanfaat (mubah) saja diperintahkan untuk ditinggalkan, apalagi yang melanggar syariat. Maka berdasar rukun bakat ini, tidak ada bakat yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan syariat.


Other News You
Might Be Interested

Setiap orang itu berbakat, karena setiap manusia terlahir dalam keadaan membawa potensi hebat yang dapat dijadikan sebagai bekal bagi dirinya untuk mengemban misi besar dalam hidupnya.

- Abdul Kholik